Read more: Cara Membuat READMORE Otomatis di Blogspot http://ojelhtc.blogspot.com/2011/12/cara-membuat-readmore-otomatis-di.html#ixzz1hdcbARLj Under Creative Commons License: Attribution Non-Commercial Share Alike Chit Chat: JAGAD RAYA

Selasa, 13 Desember 2011

JAGAD RAYA

1.            PENGERTIAN JAGAT RAYA
a)    Yang disebut jagat raya, alam semesta atau antariksa yaitu ruangan yang meluas ke segala arah, tidak terhingga, tetapi ada batas-batasnya, yang belum dapat diketahui
b)   Jagat raya diduga bentuknya melengkung dan dalam keadaan memuai
c)    Jagat raya terdiri atas galaksi-galaksi atau sistem-sistem bintang yang jumlahnya ribuan. Salah satu diantaranya adalah galaksi bima sakti
d)   Galaksi-galaksi terdiri atas benda-benda langint yang ada, yang membentuk sistem bintang yang kecil-kecil. Salah satu anggota dari tata surya adalah planet bumi
Telah diketahui bahwa di dalam antariksa atau jagat raya terdapat ribuan galaksi-galaksi lainnya yang merupakan kepulauan-kepulauan bintang, dan salah satu diantaranya, yaitu jalan susu atau kali serayu atau bima sakti. Jelaslah, bahwa susunan atau isi jagat raya adalah kabut-kabut ekstra galaksi, sedang bintang-bintang atau benda langit hanyalah kelompok kabut ini. Jadi jagat raya adalah ruangan yang maha luas, yang tak dapat diketahui atau dibayangkan luasnya. Namun demikian, menurut para ahli dari hasil penelitian mereka dapat menyatakan, bahwa ruangan jagat raya ini luasnya ada batas-batasnya juga, bentuknya melengkung dan dalam keadaan memuai.
1.     JAGAT RAYA MENGEMBANG
Selama berabad-abad, para astronom berusaha menemukan jawaban tentang pembentukan alam semesta. Salah satu model alam semesta yang pernah dicetuskan para ahli adalah Model Alam Semesta Berosilasi. Menurut model ini, pengembangan alam semesta saat ini akan berbalik pada suatu waktu menjadi pengerutan. Pengerutan ini menyebabkan segala sesuatu runtuh menjadi satu titik tunggal yang selanjutnya meledak lagi dan memulai pengembangan baru. Siklus ini akan berulang dalam waktu tak terbatas. Dengan kata lain, alam semesta ada selamanya dan mengalami siklus mengembang-runtuh berulang-ulang. Namun, hasil riset selama 15-20 tahun menunjukkan alam semesta berosilasi tidak mungkin terjadi. Hukum fisika tidak dapat menerangkan mengapa alam semesta yang mengerut dan runtuh dalam satu titik tunggal harus mengembang lagi atau bahkan lebih jauh, mengapa alam semesta yang mengembang harus mengerut lagi.

Model yang kedua adalah Model Alam Semesta Kuantum. Pendukung model ini mendasarkannya pada pengamatan fisika kuantum. Dalam fisika kuantum, diamati bahwa partikel-partikel subatomik muncul dan menghilang secara spontan dalam ruang hampa. Pembentukan alam semesta dianalogikan seperti itu, alam semesta dianggap sebagai partikel subatomik di dalam partikel yang lebih besar. Artinya, alam semesta berkelakuan sama seperti partikel subatomik yang muncul spontan dari ketiadaan. Model ini kurang dapat diterima karena dalam fisika kuantum yang dimaksud ruang hampa adalah lautan partikel yang terus-menerus terbentuk dan hilang, energi lingkungan tiba-tiba menjadi materi dan tiba-tiba menghilang menjadi energi lagi. Hal tersebut bukan ketiadaan, jadi tidak ada kondisi keberadaan dari ketiadaan seperti yang tersirat dalam model ini.

Model yang ketiga adalah Model Dentuman Besar (Big Bang). Kita pasti pernah mempelajarinya di smp Menurut model ini, pada suatu saat, semua materi di dalam alam semesta terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai volume nol karena gaya gravitasinya sangat besar. Alam semesta yang ada sekarang muncul dari ledakan massa yang mempunyai volume nol tersebut. Ledakan itulah yang dikenal dengan Big Bang
. Model Big Bang mulai dirintis sejak ditemukannya perhitungan oleh Alexandra Friedman, seorang ahli fisika Rusia, pada tahun 1922, yang menunjukkan ketidakstatisan struktur alam semesta dan impuls kecil pun mungkin cukup menyebabkan struktur keseluruhan mengembang atau mengerut menurut Teori Relativitas Einstein.

Astronom Belgia, George Lemaitre, adalah orang pertama yang menyadari arti perhitungan tersebut. Menurutnya, alam semesta mempunyai permulaan dan pengembangannya akibat sesuatu yang telah memicunya. Kemudian, pada tahun 1929, astronom Amerika, Edwin Hubble, menemukan bahwa cahaya bintang-bintang bergeser ke arah ujung merah spektrum dan pergeseran tersebut berkaitan langsung dengan jarak bintang-bintang dari bumi. Artinya, bintang-bintang itu bergerak menjauh dari bumi. Selain itu, ia juga menemukan bahwa bintang-bintang saling menjauh satu sama lain. Satu-satunya kesimpulan dari temuannya adalah alam semesta konstan mengembang.

Bukti selanjutnya yang mendukung model Big Bang adalah ditemukannya radiasi latar belakang kosmik oleh Arno Penzias dan Robert Wilson pada tahun 1965. Ditemukannya radiasi ini semakin menguatkan kebenaran model Dentuman Besar karena jika alam semesta memang terbentuk dalam sebuah ledakan besar yang tiba-tiba, maka harus ada sejumlah radiasi yang ditinggalkan akibat ledakan tersebut. Radiasi itu harus bisa dideteksi dan harus sama di seluruh alam semesta. Radiasi latar belakang kosmik yang berhasil diamati kedua peneliti tersebut berbeda dengan radiasi lain karena seragam dan tersebar merata di alam semesta. Selanjutnya pada tahun 1989, George Smoot dan tim NASA meluncurkaan satelit dengan instrumen COBE (Cosmic Background Emission Explorer). Hanya dibutuhkan waktu delapan menit untuk mendeteksi tingkat radiasi yang diamati Penzias dan Wilson.

Bukti lainnya adalah jumlah relatif hidrogen dan helium di alam semesta. Pengamatan menunjukkan bahwa jumlah hidrogen dan helium di alam semesta sesuai dengan perhitungan teoritis bila Dentuman Besar terjadi. Seiring dengan perkembangan model ini, muncul dua pertanyaan, Apa yang sudah ada sebelum Dentuman Besar terjadi ? dan Kekuatan apa yang telah menyebabkan Dentuman Besar hinggal memunculkan alam semesta yang tidak ada sebelumnya? Jawaban dari pertanyaan itu tidak sulit. Tuhan Yang Maha Tunggal, Allah SWT, yang telah ada sebelumnya dan menciptakan alam semesta ini dengan segala isinya.

Menurut model Big Bang, setelah ledakan besar terjadi, gaya-gaya yang menopang dan mengatur alam semesta ini harus tepat karena kalau tidak, alam semesta tidak akan terbentuk. Dalam fisika modern disebutkan ada empat gaya dasar yang mengatur struktur dan gerakan dalam alam semesta, yaitu: 1. Gaya nuklir kuat (strong force): 15, 2. Gaya nuklir lemah (weak force): 7,03 x 10-3, 3. Gaya elektromagnetik: 3,05 x 10-12, 4. Gaya gravitasi: 5,90 x 10-39.

Di antara keempat gaya tersebut, gaya yang paling kuat adalah gaya nuklir kuat dan yang paling lemah adalah gaya gravitasi dengan perbandingan keduanya sekitar 25x1038 . Menurut ahli biologi molekuler Michael Denton, jika gaya gravitasi satu triliun kali lebih kuat, maka alam semesta jauh lebih kecil dan masa hidupnya lebih singkat, sebuah bintang memiliki masa hidup sekitar setahun. Jika gaya gravitasi kurang kuat, tidak ada bintang atau galaksi yang pernah terbentuk. Di sisi lain, jika gaya nuklir kuat sedikit lebih lemah, satu-satunya unsur yang akan stabil hanya hidrogen. Tidak ada atom lain yang bisa terbentuk. Namun, jika lebih kuat sedikit, maka inti atom yang terdiri dari dua proton menjadi yang paling stabil di alam semesta, tidak ada hidrogen, dan jika ada bintang atau galaksi yang terbentuk, maka akan sangat berbeda dengan yang sekarang. Kesimpulannya, alam semesta ini diatur dengan sempurna dan seimbang. Dan hanya Sang Pencipta yang dapat merancang dan mengatur keseimbangan alam semesta yang rumit ini
A.     Pendapat Pendapat Baru
Pada permulaan abad ke-20 dunia ilmu pengetahuan digemparkan oleh pendapat-pendapat baru, antara lain teori quantum ole Planck, hukum relativitas umum einsten, pemecahan inti atom oleh Rutherford, dan sebagainya. Kemudian dilahirkan kosmologi baru yang diciptakan oleh einsten, de sitter, lemaitre, tollman yang mengatakan bahwa ruang alam jagat raya, berdimensi 4, melengkung, tak terbatas tetapi berakhir, dan memuai. Sifat-sifat yang sangat sulit ditangkap.
Berdasarkan anggapan lama, jagat raya berada dalam ruang yang membentuk ke segala arah dengan ledakan dan tak ada batasnya. Ruang ini berdimensi 3 atau berukuran panjang, lenbar, dan dalam (Tebal). Di samping itu mengalir “waktu” yang berdimensi satu, mengalir dari masa yang lampau ke masa yang akan datang. “Ruang” (space) dan “waktu” (time) adalah dua paham yang berbeda.
Berdasarkan anggapan baru, ruang alam raya berdimensi empat, yaitu panjang, lebar, dalam (tebal), dan waktu. Keempat dimensi ini dibentuk menjadi satu rangka.
Menurut paham lama dipermukaan bumi dikenal panjang, lebar dan tinggi. Panjang dan lebar sifatnya sama, merupakan paham yang subjektif, seperti halnya dengan garis lintang, garis ekuator dan garis meridian yang hanya ada di globe-globe dan peta-peta. Paham “tinggi” di permukaan bumi merupaka paham yang objektif. Ketiga dimensi tesebut tak dapat diperlakukan menjadi satu paham. Menurut para ahli, di angkasa raya terpengaruh gravitasi, sehingga paham tinggi tak berbeda dengan faham lebar dan panjang.
Dalam teori relatiitas tidak diakui adanya garis lurus dan bidang rata. Garis lururs dikenal di ilmu euklides, hanya ada di pikiran saja, tetapi tidak dikenal oleh alam. Tiap-tiap sinar cahaya, sebagai penjelmaan garis lurus, jika diteruskan akan kembali ke pangkal semula, dengan posisi melengkung. Melengkungnya cahaya ini dapat dibuktikan dengan pemotretan sekelompok bintang-bintang di angkasa dan pada saat gerhana matahari sempurna. Jika potret sekelompok bintang-bintang itu dibandingkan dengan potret kelompok yang sama, yang diambil pada malam hari, terlihat adanya pergeseran tempat bintang-bintang tersebut. Posisi ini dikarenakan sinar cahaya dari bintang-bintang di sekitar matahari dibelokkan oleh massa matahari.
B.     Jagat Raya Dipengaruhi oleh Bintang-Bintang dan Kabut-Kabut
Jagat raya dipenuhi dengan bintang-bintang dan kabut-kabut yang memberi lapangan gravitasi, dimana sinar cahaya dibelokkan dari arah lurus. Jika garis-garis dan bidang-bidang yang merupakan unsur-unsur ruang tak dapat membentang lurus, dapatlah sekarang dipahami, mengapa ruang jagat raya melengkung dan tertutup. Dahulu jagat raya digambarkan sebagai gelembung sabun atau gelembung karet sebagai permainan anank-anak. Jagat raya bukanlah isi gelembung melainkan kulitnya, tetapi kulit yang tidak rata, penuh lekuk-lekuk dan kerut-kerut dan berdimensi 4, 3 dimensi ruang dan 1 dimensi waktu dilebur menjadi satu.
Jagat raya juga disebut “continum dengan 4 dimensi”, tidak memuat “ether” seperti teori lama beranggapan, tetapi terdiri atas 2 bahan pokok, yatu sinar dan materi. Sinar yang bergerak dengan kecepatan 300.000 km setiap detik merupakan batas kecepatan yang tidak dapat dilampui. Materi terdiri atas bintang-bintang, dan kabut-kabut.
Benda-benda bersifat saling menarik dengan kekuatan yang berbanding terbalik dengan kuat jaraknya (newton), tetapi juga mempunyai sifat saling menolak dengan kekuatan yang berbanding lurus dengan jaraknya. Gaya ini disebut repulsi kosmis (einsten). Kalau gaya penarik lebih besar dari gaya penolak, benda-benda langit akan saling mendekati, ruang angkasa akan menyusut, sebaliknya jika gaya repulsi kosmis lebih besar dari gaya gravitasi, ruang angkasa akan memuai. Makin luas ruang angkasa, makin bertambah besarnya jarak antara kabut-kabut. Tiap kabut menjauhkan diri dari yang lain, dan inilah yang dapat dilihat sebagai pemancaran kabut-kabut keluar. Beberapa kabut pilin seperti halnya dengan kabut besar andromeda dan susunan bima sakti, diantara keduanya gaya gravitasi rupanya lebih besar dari pada gaya penolaknya.
Jadi, pemancaran kabut-kabut extra galaxy dengan kecepatan yang berbanding lurus dengan jaraknya, merupakan petunjuk bahwa alam raya memuai.
Kecepatan kabut-kabut ekstra galaxy dan jarakya sampai ke bumi dapat diketahui bahwa kecepatan bertambah dengan 550 km/detik untuk tiap-tiap pertambahan jarak 1 megapasek (3,25 juta tahun cahaya). Dengan terepong yang terbesar –haleteleskop dimnt. Palomer- ditemukan kecepatan kabut sebesar lebih kurang 85.000 km/s sejauh lebih kurang 150 megapasek dari kita. Ini sesuai dengan pernyataan diatas, dan jika sifat itu berlaku bagi kabut yang lebih jauh jaraknya, akan terdapat pula kabut-kabut dengan kecepatan sinar cahaya, yang jaraknya dari bumi juga dapat dihitung dengan rumus 300.000/550= lebih kurang 550 megapasek, atau sekitar 2 milyar tahun cahaya, dimana batas jagat raya dapat terlihat. Jarak terjauh yang dapat dilihat oleh teropong dimnt. Palomer adalah satu milyar tahun cahaya, jadi baru separuh dari jarak-jarak maksimal.
Jika diketahui kecepatan muai jagat raya dan jarak rata-rata antara kabut-kabut, yakni 1 juta tahun cahaya, dimana kecepatan muai sekarang lebih besar daripada dahulu, maka dapat dihitung waktu berlangsungnya pergerakan kabut-kabut dari sebelum bergerak, yakni lebih kurang 3 milyar tahun, merupakan waktu yang setingkat dengan usia bumi (2 milyar). Maka dari itu banyak orang yang tak dapat menerima pendapat itu sehingga timbul 2 pandangan.
C.     Teori Creatiocontinua
Pandangan jangka panjang tak dapat menerima bahwa cosmos baru berusia 3 milyar tahun. Jika perhitungan itu betul, belum berarti bahwa 3 milyar tahun yang lalu adalah saat penciptaan alam, tetapi saat kabut-kabut saling berdekatan sampai jarak yang terkecil. Saat ini boleh jadi didahului masa pengkerutan, yang kemudian mengikuti masa pemuaian seperti dewasa ini. Jadi, cosmos ada yang  berupa hembusan yang silih berganti menggelembung dan berkerut.
Dengan pendapat pemuaian alam raya, timbul pertanyaan darimana datangnya tenaga (energi) untuk memuaikan gelembung jagat raya itu? Hipotesis Fred hoyler menarik perhatian dia mengemukakan teorinya “Creatiocontinua”. Teori tersebut menjelaskan bahwa alam raya tidak sekaligus diciptakan dalam satu waktu, tetapi semenjak permulaan secara terus-menerus dilahirkan partikel-partikel atau bagian-bagian atom, yang dalam waktu jutaan tahun mengembun menjadi kabut-kabut cosmis, kemudian memadat menjadi kabut-kabut spiral dengan bintang-bintang dan jasad-jasad angkasa lainnya. Materi dialam raya ini terus menerus bertambah, dan tambahan inilah yang mengakibatkan pemuaian jagat raya. Hoyle menjelaskan bahwa kabut-kabut pilin berlari memancar keluar dan akan menjadi batas kritik 2 milyar tahun cahaya dari kita. Menurut perhitungan hoyle dalam waktu 10 milyar tahun lagi kabut-kabut tersebut akan hilang dalam 10 milyar itu kabut-kabut baru akan dilahirkan kembali. Pertimbangan lain ialah, bahwa sebagian besar dari materi dialam semesta adalah zat cair (90%H), dan dari zat cair ini terbentuk helium dan lain-lain. Proses ini berlangsung dalam satu arah tidak sebaliknya dari zat lain ke zat cair. Susunan materi dengan sebagian besar atom yang paling sederhana (90%H), tidak mungkin kekal, dan tidak ditambah dengan materi baru.



2.  TEORI TERBENTUKNYA JAGAT RAYA
a)      Teori Ledakan Hebat
Enstein adalah orang yang mempopulerkan teori ini. Teori ini didasarkan pada penelitian yang ditemukan bahwa jagat raya ini mengembang, seluruh bintang dan planet bergerak saling menjauhi seolah-olah asal mula dari seluruh benda-banda langit ini berasal dari satu titik.

Pada tahun 1915 Enstein menyempurnakan teorinya tentang relativitas, yang kemudian ia terapkan pada pendistribusian zat diruang angkasa. Kemudian di tahun 1917 ada massa bahan yang hampir seragam dimana keseimbangannya tak menentu antara kekuatan gravitasi dan kekuatan dorong kosmis lain yang tak dikenal. Semua ini kemudian dapat dipecahkan pada tahun 1922 oleh ahli fisika Russia. Ia mengatakan bahwa kekuatan tolak tidaklah berperan, bahkan seluruh jagat raya terus mengembang dan bergerak saling menjauhi dengan kecepatan tinggi. Itu menandakan bahwa semua benda yang terdapat di jagat raya ini berasal dari suatu titik dan terjadi semacam ledakan yang maha dahsyat sehingga melontarkan seluruh partikel hasil ledakan tersebut.

b)   Teori   Keadaan    Tetap
Ahli astronomi Inggris, Hoyle menerangkan bahwa jagat raya tidaklah sama dengan ruang angkasa dan asas kosmologi merupakan dasar dari teori ini. Asas kosmologi diperluas sedemikian rupa sehingga menjadi sempurna dan tidak tergantung pada sejarah tertentu. Teori ini sangat berlawanan dengan teori ledakan hebat, dimana dalam teori ledakan hebat ruang angkasa akan berkembang menjadi kosong karena benda-benda ruang angkasa tersebut bergerak saling menjauh. Akan tetapi dalam teori keadaan tetap, zat baru selalu diciptakan dalam ruang angkasa diantara berbagai galaksi sehingga galaksi baru akan terbentuk mengantikan galaksi lama yang telah menjauh. Zat baru yang dimaksud adalah hidrogen dimana zat tersebut merupakan sumber dari bintang dan
     galaksi.

Sejalan dengan 2 teori terjadinya jagat raya ini, muncullah beberapa anggapan mengenai jagad raya dan alam semesta.

3. ANGGAPAN ANGGAPAN TERBENTUKNYA JAGAT RAYA
1)    Anggapan   Antroposentris
Antroposentris (Anthropos = manusia; centrum = pusat), adalah anggapan yang menyatakan bahwa manusia sebagai pusay segalanya. Anggapan ini dimulai sejak manusia primitif, waktu manusia mulai menyadari ada Bumi dan langit, matahari, bulan, bintang, dan bumi, dianggap serupa dengan bangsa hewan, tumbuhan, dan dengan dirinya sendiri.

2)   Anggapan   Geosentris
Geosentris (geo = bumi, centrum = pusat) adalah anggapan yang menyatakan bahwa bumi adalah pusat semesta alam. Semua benda langit mengelilingi bumi, dan semua kekuatan alam berpusat di bumi. Anggapan ini dimulai lebih kurang abad ke-6 sebelum masehi saat para ilmuwan tertarik kepada alam sekitarnya. Beberapa ahli pendukung anggapan geosentris antara lain : Socrates, Plato, Aristoteles, Tales, Anaximander, dan Pytagoras.

3)   Anggapan   Heliosentris
Heliosentris (helios = matahari, centrum = pusat) adalah anggapan bahwa pusat hagad raya adalah matahari. Ini berarti pergeseran pandangan yang dianggap revolusioner pada waktu itu yang menggantikan kedudukan bumi; sebagai akibat makin majunya alat peneliti dan sifat ilmuwan yang kritis.


Related Post:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Hanya buat sharing aja....